Halaman

Translate

Cari

Etiket Mengirim Pesan

Kids jaman now, harus tahu etiket mengirim pesan (whatsapp, sms, bbm, dll). Apa itu etiket?  Sopan santun hubungan antara kelompok manusia yang beradab dalam pergaulan. Kalau mengirim pesan ke teman sendiri, apalagi best friend, etiket-nya bisa lebih santai, lebih fleksibel, tapi TENTU jika mengirim pesan ke orang yang lebih tua (dosen, guru, pihak lain), harus lebih sopan.

Berikut beberapa poin yang mungkin bermanfaat diperhatikan:
1. Pastikan kalian mengirim pesan lewat gagdet milik sendiri, tentu boleh numpang kirim pesan lewat gagdet milik kakak, adik, tapi kalau gagdet curian atau gagdet boleh nemu di jalan, itu tidak boleh. Saya serius. Ini poin pertama paling penting.
2. Jika itu urusan sekolah, kampus, pekerjaan, maka kirimlah pesan di waktu yang pantas. Mentang2 habis nonton bola, jam 3 subuh kirim pesan, itu tidak pantas. Jam 6 pagi pun tidak oke. Bahkan sebenarnya, lepas pukul 8 malam, itu sudah tidak nyaman lagi kirim2 pesan ke orang lain. Kecuali mau kirim martabak, bakso, nasi goreng, mungkin yang nerima tidak masalah. 
3. Selalu mulai dengan salam. Apa susahnya sih memulai dengan salam? Tidak perlu berlebihan juga, jadi panjang, seperti: “Assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, bismillahirrahmanirrahim,  Alhamdulillahirobbil alamin, washolatu wassalamu ‘ala asrofil ambiya iwal mursalin wa’ala alihi wasohbihi aj ma’in. Amma ba’du. Cukup salam sederhana: Assalammualaikum, atau Selamat pagi, yang penting salam. Karena nggak enak banget baca pesan dari orang yang relatif asing, langsung, “Eh, Tere Liye, lagi ngapain? Aku suka loh baca buku kamu.”
4. Nah, terkait poin ke-3 sebelumnya, ayo, jangan SKSD–sok kenal sok dekat dengan orang yang kita kirimi pesan. Tidak harus kaku dan formal sekali juga, tapi tahu batasannya, mana yang pantas mana yang lebay. Selalu ingat, orang yang kita kirim pesan itu, tidak otomatis akan seheboh saat kita kirim pesan ke dia. Boleh jadi yang terima itu bingung, ini ada pesan dari siapa? Anak siapa ini yang lagi ganjen?
5. Perkenalkan diri kita. Saya serius, bahkan saat seorang Presiden kirim pesan ke rakyatnya, dia harus memperkenalkan diri, minimal ajudannya yg bilang, bakal ada pesan dari Presiden nih (kecuali kalau sudah tahu itu nomor dari siapa, mungkin tidak perlu lagi perkenalan). Perkenalkan diri kita. Nggak bisa kita langsung hajar saja, “Eh, Pak, jadi besok gimana, jadi ketemuan bimbingan skripsi?”. Lah, ini siapa? 
6. Jangan pakai bahasa alay, bahasa planet. “Aqyu cudh4h celec4i bab duwa, bapak bica koncult4ci b3cok?” Ini memang agak lebay juga contohnya, tapi sssttt… ada loh, pesan begini yang dikirim untuk urusan formal. Adaaaaa…. Saya bahkan sempat terima beberapa. B4ng T3r3 b1ca bikin1n novhel dari pengalaman hidup aqyu? Menghela nafas panjang, menyeka dahi. ya Allah, ini semua sungguh ujian yang nyata. 
7. Termasuk singkatan, sebaiknya hindari, karena yang terima belum tentu tahu apa maksud singkatan tersebut. “Ibu, besok bisa dibatalin? Saya sudah pewe ada janji lain, mana temen2 saya gajebo, mereka suka bomat, padahal kudet. Saya juga lelli kalau harus besok, maaf baru wa, dan batalin, bukan php maksud saya.” Dijamin itu yang terima pesan jadi teriak ABCDEFG, dasar bondan!
8. Lugas. Selalu kirim pesan yang lugas. Apa maunya lu, katakan dengan efisien dan efektif. Nggak usah berkelok-kelok. Karena ketahuilah, kelok sembilan saja dibuat lebih lurus. Menjengkelkan baca pesan yang mukadimahnya 3 paragraf, belum lagi menimbang, memperhatikan, ealah, ternyata batang tubuhnya cuma: Bang Tere bisa datang ke acara kami? Wataw!!
9. Tentu boleh pakai kata maaf. “Maaf jika mengganggu kesibukan Bapak/Ibu”. Wah, itu sopan sekali, Nak. Tapi jangan kebanyakan maaf. Misalnya: “Maaf jika menggangu kesibukan Bapak/Ibu, jadi begini, sekali lagi maaf jika mengganggu, kami itu ada rencana, tapi sungguh, kami minta maaf jika ini benar2 mengganggu…” dstnya, dstnya, Ya Allah, ini semua sungguh ujian yang nyata.
10. Terakhir, tutuplah pesan itu dengan salam penutup. Jangan gantung, jangan kepotong tengah kalimat. Lu kira enak baca pesan yang digantung. Dimana2, digantung itu kagak enak. Perasaan kalau digantung nggak enak kan? Kepastian juga digantung nggak enak kan? Apalagi pesan, digantung.
Demikianlah 10 etiket mengirim pesan. Sekitar 30 tahun lalu, saya juga sudah menulis etiket menelepon. Eh, 2-3 tahun ding, 30 tahun lalu orang2 masih banyak bawa pager, belum merakyat HP. Jika kalian mau baca, silahkan di-googling saja. Kids jaman now jago semua googling, semua bisa ditemukan di sana, kecuali jodoh kamu siapa. Nggak ada di sana.
*Tere Liye

Tidak ada komentar:

Posting Komentar